Kerusakan ini telah membebani warga setempat dengan biaya tambahan dalam berbagai aktivitas sehari-hari.
Misalnya, biaya pengiriman air bersih dengan volume 110 liter yang semula Rp. 70.000 kini melonjak menjadi Rp. 120.000. Selain itu, biaya transportasi barang-barang seperti semen, besi, dan material bangunan lainnya juga mengalami kenaikan signifikan, dari Rp. 150.000-200.000 menjadi Rp. 250.000 per sekali antar.
Jalan Ake Tubo merupakan satu-satunya akses yang digunakan warga setiap hari untuk menuju tempat kerja, pasar, kebun pala, cengkih, rica, tomat, dan sayur-sayuran.
Jalan ini juga menjadi jalur menuju destinasi wisata Ake Tubo dan posko pemantau bencana banjir lahar dingin di Barangka Tugrara. Dengan kondisi jalan yang rusak parah, aktivitas warga menjadi sangat terhambat, terutama saat musim panen cengkih tahun 2024 yang bertepatan dengan musim hujan.
Tingkat mobilitas yang tinggi dan jumlah pemanen yang banyak membuat situasi semakin tidak efisien, rawan kecelakaan, dan berpotensi merusak kendaraan.
Keresahan warga yang telah menumpuk selama bertahun-tahun akhirnya mendorong mereka untuk mengambil inisiatif memperbaiki jalan secara swadaya.
Abe, seorang warga RT 008, menjadi penggerak utama dalam upaya ini.
"Ia mengajak masyarakat untuk patungan (berpartisipasi) dalam perbaikan jalan. Niat baik ini mendapat respons positif dari warga Kelurahan Tubo dan pemerintah setempat."
Abe menyampaikan bahwa perbaikan jalan ini dimulai bulan Februari.
"Sejak 26 Februari, proses perbaikan jalan telah dimulai. Namun, hingga saat ini, pekerjaan baru mencapai 100 meter dari total panjang jalan yang direncanakan, yaitu 500 meter. Kendala utama yang dihadapi adalah kekurangan anggaran. Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya warga melakukan perbaikan jalan secara swadaya. Pada tahun 2020, upaya serupa pernah dilakukan, namun hasilnya tidak bertahan lama dan jalan kembali rusak." ucap Abe
Warga menyadari bahwa perbaikan jalan secara swadaya bukanlah solusi permanen. Mereka berharap Pemerintah Kota Ternate dapat segera merespons persoalan ini dan membangun Jalan Ake Tubo dengan cepat.
"Ini hanya upaya sementara untuk bertahan. Kami sangat berharap pemerintah bisa segera turun tangan," ujar Abe.
Dengan kondisi jalan yang semakin parah, warga Kelurahan Tubo terus berupaya mempertahankan akses transportasi mereka sembari menunggu tindakan nyata dari pemerintah.
Harapan besar mereka adalah agar Jalan Ake Tubo segera dibangun kembali, sehingga aktivitas ekonomi dan sosial warga dapat berjalan lancar tanpa hambatan.(*)