
MEDIACOGOIPA.ONLINE – Pada Rabu (29/01/2025), Faften mengadakan diskusi online melalui Google Meet dengan tema "Identifikasi Dampak Sawit terhadap Ruang Hidup Masyarakat Gane".
Diskusi yang berlangsung dari pukul 20.30 hingga 23.15 WIT ini diikuti oleh 47 peserta. Acara tersebut dipandu oleh Kasir Hadi, seorang pemuda Gane Timur, dengan menghadirkan dua pembicara utama, Bung Asrul dan Bung Sugeng.
Sebagai pembicara pertama dengan subtema "Perkebunan Sawit dan Masa Depan Lingkungan", Bung Sugeng menjelaskan bahwa perluasan perkebunan sawit membawa dampak buruk bagi keanekaragaman hayati.
“Deforestasi besar-besaran akibat ekspansi sawit akan menghilangkan habitat hewan dan menyebabkan kepunahan spesies tertentu akibat sistem monokultur,” tegasnya.
Bung Sugeng juga menyoroti isu plasma, di mana perusahaan sawit di Gane masih belum memenuhi kewajiban pembangunan plasma secara maksimal. Ia menekankan pentingnya prinsip FPIC (Free Prior Informed Consent) sebagai hak masyarakat untuk menerima atau menolak keberadaan perusahaan sawit.
“Pemahaman mengenai dampak positif dan negatif sawit harus transparan. Selain itu, masyarakat perlu mempelajari sertifikasi ISPO agar bisa mengajukan komplain secara formal terhadap perusahaan,” tambahnya.
Sementara itu, Bung Asrul, yang membahas subtema "Perkebunan Sawit dalam Tinjauan Sosiokultural Masyarakat Gane", menyoroti perubahan pola hidup masyarakat Gane akibat kehadiran sawit. Menurutnya, tradisi masyarakat Gane yang berfokus pada kelapa dalam sebagai warisan leluhur kini terancam.
Bung Asrul juga mengingatkan tentang konflik dengan perusahaan sawit yang sebelumnya terjadi pada tahun 2016-2017.
“Saat itu, kami menghadang perusahaan yang merambah lahan untuk perluasan sawit. Kini, ancaman baru muncul dengan model plasma yang masuk ke wilayah transmigrasi,” ungkapnya.
Setelah mendengarkan paparan, peserta diskusi menyampaikan tanggapan terkait situasi objektif di wilayah Gane Barat Selatan, tempat PT GMM beroperasi. Beberapa peserta menyatakan bahwa kehadiran sawit tidak membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat, melainkan menimbulkan berbagai masalah, seperti kehilangan lahan, kerusakan lingkungan, dan kesehatan yang memburuk.
Salah satu peserta mengusulkan perlunya dialog tatap muka dengan melibatkan DPR untuk mencari solusi terbaik. Namun, secara keseluruhan, diskusi menghasilkan kesepakatan bersama untuk menolak perluasan plasma sawit di daratan Gane.
Kasir Hadi, selaku moderator, menutup diskusi dengan menyerukan pentingnya membangun kekuatan politik yang terorganisir. Forum sepakat untuk mengadakan konsolidasi lanjutan dengan melibatkan pemuda, aktivis, dan masyarakat Gane untuk membentuk sebuah front bersama.
Diskusi ini menjadi awal langkah perlawanan kolektif masyarakat Gane terhadap dampak buruk perkebunan sawit yang mengancam ruang hidup mereka.(*)
Reporter: M Kasir Hadir