MEDIACOGOIPA.ONLINE HALTENG– Katamsi Ginano, Manajer External Relations PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), kembali menjadi sorotan publik terkait kepemimpinannya dalam mengelola program Corporate Social Responsibility (CSR) serta keterlibatannya dalam politik praktis.
Berdasarkan keterangan dari masyarakat Lelilef dan beberapa karyawan IWIP yang enggan disebutkan namanya, program CSR di bawah manajemen Katamsi dinilai belum memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat di sekitar lingkar tambang.
Sejumlah laporan masyarakat mengungkapkan bahwa beberapa proyek CSR, seperti perbaikan jalan Lukulamo, masih bermasalah dan belum dapat digunakan secara optimal. Selain itu, pembangunan kolam ikan di Desa Woejerana hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang diharapkan.
BACA JUGA: MK Kabulkan Sebagian Gugatan: Ubah 21 Pasal di Undang-undang Cipta Kerja
Hal ini menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat, yang mempertanyakan komitmen PT IWIP dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya. Lebih lanjut, bahwa Katamsi turut mengarahkan sejumlah stafnya untuk berpartisipasi dalam posko pemenangan pasangan calon (paslon) IMS-ADIL di Desa Lelilef Waibulan.
Tindakan ini memunculkan kecurigaan bahwa PT IWIP melalui Departemen External di bawah Katamsi, mendukung salah satu paslon dalam Pilkada Halteng. Sebagai seorang manajer, tindakan tersebut dinilai melanggar prinsip netralitas perusahaan dan profesionalisme.
Informasi dari karyawan juga mengungkapkan bahwa Katamsi sering menunjukkan sikap kasar terhadap stafnya, menggunakan kata-kata tidak pantas seperti "bogo-bogo" atau "biongo" yang berarti "bodoh" dalam bahasa daerah.
Bahkan, ia dilaporkan pernah mengacungkan jari tengah kepada seorang driver perusahaan, yang kemudian dilaporkan ke Departemen Industrial Relations. Tindakan ini dinilai tidak sesuai dengan etika profesional dan menyebabkan ketidaknyamanan di lingkungan kerja.
Sebelumnya, Katamsi juga pernah terlibat konflik serupa ketika bekerja sebagai konsultan CSR di PT NHM pada 2015. Program pemberdayaan yang ia sosialisasikan kala itu ditolak oleh masyarakat Kecamatan Malifut, Halmahera Utara, karena dianggap tidak sesuai kebutuhan. Warga mengusir Katamsi dan timnya dari wilayah tersebut, sebuah konflik yang kini tampaknya berulang di PT IWIP.
Berdasarkan informasi warga, terdapat kejanggalan dalam pengelolaan dana CSR, di mana beberapa proyek infrastruktur menggunakan kontraktor internal PT IWIP, termasuk pembangunan lapangan sepak bola di sekitar lingkar tambang. Praktik ini dianggap tidak memberdayakan kontraktor lokal, dan mengesankan bahwa dana CSR kembali ke perusahaan sendiri.
BACA JUGA: Partai Buruh Usung Sherly Tjoanda sebagai Calon Gubernur Maluku Utara
Laporan masyarakat dari Desa Waleh, Desa Kobe, dan kawasan transmigrasi Kobe juga menyebutkan bahwa tim External Relations PT IWIP, termasuk sejumlah petinggi seperti LA Agusisi, turut berperan dalam misi politik praktis paslon IMS-ADIL. Mereka menggunakan fasilitas perusahaan saat jam kerja untuk kampanye, bahkan mengancam pemilik lahan bahwa lahan mereka tidak akan dibayar jika tidak mendukung paslon tertentu.
Masyarakat mendesak Direktur PT IWIP, Kevin Hee, untuk mengambil tindakan tegas terhadap para oknum yang melakukan praktik tidak profesional tersebut. Jika tidak ada sanksi tegas, masyarakat mengancam akan memblokade jalan tambang di kawasan transmigrasi Kobe.
Warga berharap perusahaan menunjukkan komitmen sosial yang bertanggung jawab, tidak hanya berorientasi pada kepentingan ekonomi, dan menerapkan etika profesional dalam pengelolaan sumber daya manusia.(*)
0 Komentar