ANCAMAN KONFLIK LAUT CHINA SELATAN TERHADAP KEDAULATAN INDONESIA - MEDIACOGOIPA

Breaking

Jumat, 21 Juni 2024

ANCAMAN KONFLIK LAUT CHINA SELATAN TERHADAP KEDAULATAN INDONESIA


Perang Laut China Selatan terus menjadi perbincangan di media-media nasional dan internasional. Berbagai analisa ekonomi, politik dan pertahanan bergulir setiap hari. Bagi saya berbicara menganai perang Laut China Selatan tanpa menyentu sistem ekonomi politik kapitalisme yang berkuasa saat ini. Sungguh kita tidak akan menyentuh akar persoalan dan melahirkan solusi. 

Karena setiap konflik atau perang punya erat kaitannya dengan sistem kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme perang merupakan hal yang inheren. Berbagai analisa yang bermunculan menganggap bahwa masalah perang Laut China selatan penyebabnya adalah aksidental dan skunder.  Kegagalan diplomasi dan lemahnya sistem pertahan. Bagi saya paling mendasar perang yang terjadi merupakan bagian dari kepentingan kapitalisme.

Secara teori semenjak kemunculan kapitalisme. Ia merupakan sistem produksi yang menempatkan produksi komoditas sebagai paling utama. Komoditas yang diproduksi harus dijual untuk kepentingan keuntungan. Ini yang disebut akumulasi, bagian pertama dari sistem kapitalisme. 

Selain memproduksi barang dijual untuk keuntungan, kapitalisme juga akan memperluas pasar-pasar baru untuk menanamkan modalnya. Atau yang disebut dengan ekpansi, bagian kedua dari sifat dasar kapitalisme. Dan pada puncak tertinggi dari kapitalisme, yaitu imprealisme. Kapitalisme akan menggunakan cara-cara ekspolitatif, bagian ketiga dari sifat dasar kapitalisme, seperti perang untuk menjual produknya dan memprluas pasar dan modal.

Bagi saya perang yang terjadi di Laut China Selatan adalah perang antara negara-negara kapitalisme. Laut China Selatan menjadi rebutan negara-negara kapitalis karena memilik sumber daya alam yang melimpah. Sebuah artikel yang ditulis oleh Winoto menjelaskan “ Laut China Selatan memiliki cadangan lebih dari 20 miliar ton Minyak dan Gas, dikenal sebagai “Teluk Persia kedua”. Kaya akan sumber daya mineral, mengandung 35 jenis logam seperti mangan, besi, tembaga, kobalt, dan nodul mangan langka; tanaman yang tumbuh di pulau ini tahan terhadap garam, tahan kekeringan, dan timbuh subur, sumber daya ikan berlimpah, ada lebih dari 1.500 spesies, mackerel, Ikan kerapu, tuna, dll. 

Pada bulan Desember 2010, “Laporan Hasil Pengeboran Hidrat Gas Alam di Perairan Shenhu di Laut China Selatan Utara” yang diselesaikan oleh Survei Geologi Kelautan Guangzhou dari Kementerian Pertanahan dan Sumber Daya Tiongkok melewati tinjauan akhir. Laporan tersebut menunjukkan bahwa para peneliti telah menemukan 11 buah materi tambang bijih es yang mudah terbakar (sejenis sumber energy berupa Es yg mudah Terbakar, butuh teknologi tinggi untuk pengolahan menjadikannya sebagai sumber erergi siap pakai yang ramah lingkungan), di area target pengeboran 140 km persegi, dengan total luas sekitar 22 kilometer persegi, ketebalan efektif rata-rata lapisan bijih sekitar 20 meter, dan perkiraan cadangan sekitar 19,4 miliar meter kubik.

Analisis terhadap komposisi gas dan isotop sampel yang mengandung es yang mudah terbakar oleh personel penelitian ilmiah menunjukkan bahwa gas cakrawala yang diperkaya es yang dapat terbakar di daerah pengeboran terutama metana, dengan kandungan rata-rata 98,1%, yang terutama gas genesis mikroba.

Kepentingan ekonomi politik inilah yang kemudian memicu perang di Laut China Selatan. Selain memperebut sumber daya alam agar bisa diproduksi dan dijual kembali untuk kepentingan profit. Perang Laut China Selatan juga bagian dari cara kapitalisme untuk mengatasi krisis berkepanjangan sejak 2008. Dengan perang maka perusahaan-perusahaan yang memproduksi alusista akan laku di jual. 

China sebagai Imprealisme baru berekspansi mempengaruhi dunia. Harus berhadapan dengan Amerika Serikat sebagai kekuatan Imprealisme. Kepentingan kekuatan imprealisme telah memicu perang di Laut China Selatan. Amerika Serikat membangun aliansi dengan negara-negara kapitalis Fhilipina dan Taiwan untuk melawan China. Perang ekonomi ini telah bergulir menjaadi perang militer seperti yang terjadi antara Palestina dan Irael dan Rusia dan Ukraina.

Lenin dengan ringkas menjelaskan bahwa imperialisme adalah tahapan tertinggi kapitalisme. Apa yang dimaksudkan Lenin itu terjadi hari ini. Bahwa Imperialisme adalah tahapan tertentu dalam perkembangan kapitalisme, yakni kapitalisme yang telah “membusuk” dimana persaingan bebas telah digantikan dengan monopoli (baca: revolusioner.org).  Artinya ketika terjadi kontradiksi antara negara-negara kapitalis itu menunjukan krisis kapitalisme sudah mencapai titik tertingginya.

Dampak dari perang Laut China Selatan akan menyebabkan lambatanya ekonomi dunia, pengetatan kebijakan moneter di negeri-negeri pengekspor kapital, serta krisis inflasi, tentu akan berdampak yang sama a terhadap perekonomian dan kedaulauatan. Indonesia. 

Kedaulatan tertinggi adalah ditangan rakyat. Artinya ancaman paling utama ketika perang Laut China selatan meluas. Maka rakyat: masyarakat perbatasan, kaum buruh, petani, dan rakyat miskin Indonesia paling terkena dampaknya. Untuk itu bagi penulis solusi dari ancaman konflik Laut China Selatan bagi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang akan terpilih harus berani:

1. Nasionalisasi Perusahaan Swasta di Indonesia yang memegang Tuas-tuas ekonomi.

2. Bangun Industri Nasional (Pertahanan, dan lain-lain)

3. Hapus Hutang Luar Negeri

4. Memperkuat Pertahanan Maritim

5. Jalankan ekonomi di bawah kontrol rakyat pekerja secara demokratis dan dengan sistem ekonomi terencana.

Penulis: Ali Akbar Muhammad, Warga Biasa Yang Suka Baca Berita, Dari Maluku Utara


BAHAN BACAAN:

 

Sejarah Panjang Konflik dan Niaga di Laut Cina Selatan (tirto.id)

 

Apa Itu Imperialisme dan Bagaimana Melawannya? (revolusioner.org)

 

Perspektif Dunia 2021: Dunia dalam Krisis Tanpa Preseden (revolusioner.org)

 

Perang Dagang Amerika-Tiongkok, Refleksi Krisis Kapitalisme (revolusioner.org)

 

Latar Belakang Sengketa Laut China Selatan (Bagian 1) – BERGELORA.COM

 

Menko Polhukam: Kita Tak Ingin Ada Perang Terbuka di Laut China Selatan (kompas.com)

 

IMPERIALISME - Tahap Tertinggi Perkembangan Kapitalisme - V.I. Lenin, Red Book

 

Ancaman Konflik di Laut Cina Selatan terhadap Kedaulatan Indonesia; Pemikiran Strategis - Pilihan Editor - www.indonesiana.id

 

Tak melulu soal Laut Cina Selatan, penghidupan masyarakat di pulau-pulau kecil Natuna pun perlu perhatian (theconversation.com)

 

KONFLIK LAUT CHINA SELATAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KAWASANRizki Roza, Poltak Partogi, Nainggolan Simela, Victor MuhamadPerpustakaan Nasional.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.